I-Punya
this site the web

Selamat Jalan Rasya

 
 
Duduk melingkar dengan khusyu’ , enam pemuda mendengarkan nasehat dari sang ustadz. Malam ini ustadz sedang membahas bab yang paling kami tunggu ya..Bab MUNAKAHAT atau pernikahan. Hmm... kata itu begitu berat buat kami. Beban, amanah serta hal yang harus k...ami pertanggungjawabkan bukan hanya pada manusia tapi begitu juga dihadapan Alloh. 
 
Mula-mula begitu khusyu’ Aku mendengarkannya, tapi entah kenapa apa, ada hal yang mengganjal di benakku. ”Yah... telah ku temukan jawabannya” ujarku semangat. ”Afwan akhi menggangu antum malam2 begini, tapi ana mau menjalankan ½ dien ini bersama antum...” itu SMS terakhir yang ku dapat sebelum aku berangkat tadi. Entah siapa yang mengirim SMS itu, sudah ku coba buka semua file dihandphoneku tapi tetap saja tak ku temukan identitasnya. ”Ya Alloh.. apa ini juga termasuk ujian dari-Mu” Ujarku dalam hati. 
 
Namun pikiranku tersebut buyar entah kemana setelah salah satu temanku bertanya pada ustadz. ”Jam sudah menunjukan pukul 12 malam berarti sampai disini dulu pengajian kita hari ini,hati-hati dijalan salam buat orang rumah” ustadz menutup pengajian kita malam ini. Tapi pikiranku tak lepas untuk mencari tahu siapa yang mengirim SMS tersebut. Temaran lampu kota kulewati dengan sepeda motor tuaku besutan tahun 1975. (tapi gitu-gitu juga jago ngebut lochJ-red). Pukul 00.50 tepat ku sampai dirumahku, dengan menikmati segelas teh hangat yang kubuat, aku mulai menyusun bawaanku buat kuliah esok. Tak ku hiraukan lagi SMS itu, kupikir hanya orang iseng yang mau menyempurnakan Dien ini sama anak 23 tahun yang masih kulaih lagi... 
 
* * * Ku agak penat hari ini, dosen yang terus-terusan bicara tanpa ada satu rumus pun nyantol di otakku. Akhirnya jam istirahat datang juga, wah... bebas juga aku sama mata kuliah itu... seperti biasa tempat favoriteku dikampus, hmm yach... benar Perpus!!! Disini semua sel-sel otakku ikut aktif melihat setiap bacaan yangn ada pada buku yang ku ambil. Ketika ku balik, ku juga kaget ternyata judulnya masih seputar pernikahan. ”Apa Alloh mau aku cepat-cepat menikah ya??” tanyaku dalam hati. Tapi segera saja pikiran itu ku buang jauh-jauh karena temanku keburu datang. ”Assalamualaikum Akh, gimana antum sehat??” tanyanya padaku. Obrolan kitapun terus mengalir. 
 
Ku basuh wajahku dengan air wudhu ”Subhanallah... seger banget yah” ujarku pada iman sahabatku. Setelah shalat, iman mengajaKku ke Perpus mau pinjam buku ujarnya. Hatiku masih penasaran dengan buku yang kubaca pagi tadi. Setelah mengeluarkan kartu anggotanya, jadilah buku itu ku pinjam untuk sepuluh hari. Kata demi kata ku cermati amat detail, ku cari maksud dari setiap kata yang ada disana. Tak terasa sampai juga aku digang dekat rumahku. 
 
Ku ambil Hpku dari balik tas, ”Ass... Afwan akhi bagaimana jawaban antum tentang tawaran ana?? Jazakallah. Yaupz... teks itu yang kubaca setelah ku buka SMS itu. Lagi-lagi ’orang aneh’ kubuat name Idnya dalam file Hpku. Aku akui, aku agak ragu untuk menanggapi SMS nyasar itu. Ku pikir mungkin dia salah kirim barang kali... ”Wah... ibu masak apa nih? Kyanya enak??” memang begitulah ibuku, paling tau apa yang aku suka. Sayur asem, sambel goreng sama tempe ditepungin adalah menu favoriteku sejak kecil. 
 
Selepas isya, rutinitas anak kuliahan sudah harus ku mulai. Kulihat semua catatan hari ini trus mulai mengerjakan tugas yang kupikir bakalan begadang malam ini. Jam 11 berdetak dikamarku, mata juga sudah sulit diajak kompromi. Akhirnya buku jadi alas kepalaku buat tidur malam ini. Uppzz.. tapiku mau pasang niat dulu nih supaya ALLAH bagunin buat Qiyamullailku malam nanti. Agak berat mataku untuk kubuka, masih jam 1 malam rupanya. ”Siapa sih malem-malem gini telpon...ga tau orang lagi tidur apa??” keluhku agak ketus. ”Assalamualaikum...” jawabku berat menanggapi bunyi telphon di Hpku. ”Walaikumsalam akhi...” jawabnya diujung telphon sana. Agak kaget aku mendengarnya, siapa juga malam-malam gini yang telphon,Suara wanita lagi. ”Afwan,,ini siapa? Mau cari siapa??” tanyaku agak ketus. ”gimana jawabannya akhi??” tanya baliknya. ”antum ga salah nomor nich??” tegasku ”klo antum belum siap jawab sekarang, tiga hari lagi ana telpon antum.” ujarnya seraya terputus telphon itu dengan diakhiri salam. 
 
Ku kucek mata ini, pelan kupukul pipiku, kucubit tangan ini untuk memastikan kalau-kalau aku masih di alam bunga dari tidurku. ”yah ternyata tidak...”tegasku. Lalu siapa tadi, pertanyaanku belum dapat kujawab ketika kubaca ada dua SMS masuk. ”Insya Allah, ana sudah bulat buat memutuskan ini...”itu yang kubaca pada SMS keduannya. Perlahan kubuka SMS pertamannya. Nokiaku menunjukan pukul 23.45 WIB SMS itu diterima. ”Apa antum sudah siap dan mendapatkan jawabannya dari Istikharah antum akhi??” tanyanya dalam SMS itu.
 
* * * Pejantan pagi telah berkokok, awal pagi ini kubuka dengan shalat subuh berjamaah dan tilawah Al-Quran. Masih ga percaya agaknya hati ini mengingat apa yang terjadi semalam. Pikiranku agak melayang, mencari jawaban siapa, dari mana, mau apa dan segudang pertanyaan yang terus mendesak dalam benakku. Kulihat pasangan yang begitu santun dalam bis ini, laki-lakinya sopan dan wanitanya berjilbab panjang. Begitu bahagia kulihat mereka walaupun belum ada anak kecil yang diajaknya. Ku tebak mereka pengantin baru yang sedang merasakan indahnya pacaran setelah pernikahan...
 
Kucoba hapus ingatanku akan apa yang terjadi semalam. Sambil memutar MP3 playerku, terdengar dendang lagu Siti Khadijahnya Hijjaz. ... siti khodijah mujahid sejati... Engkaulah lambang cinta sejati, Serikan dipertama ketika Islam bermula Hatimu menyalakan keyakinan Hartamu membuktikan pengorbanan Siti khodijah... mujahidah sholehah Agung jasamu dipersada sejarah Kepergianmu ditangisi Nabi... Hingga kini tiada pengganti. Sunyi jalan menuju Alloh Menggali hati mencari teman Indah jalan menuju Alloh Jika teman seperti Khodijah Masih ada lagi... Ga terasa dah sampe didepan kampus nih, ku coba lihat lorong dekat kelasku... dan ternyata ga satupun temen sekelasku ada disana. ”Wah apa jangan-jangan udah dimulai ujiannya??”tanyaku penasaran.bergegas ambil langkah seribu kudekati kelasku. Coba memastikan dengan melihat jamku, ternyata masih pukul 07.37 WIB. ”kemana anak-anak ya??” tanyaku heran. Tak berapa lama ku duduk dibangku paling belakang kelasku(tempat pallllliiiiing enak buat tilawah tuch...:b -red) kucoba mulai membuka mushafku yang sudah agak kusam, maklumlah sudah dari kelas 1 SMA aku memilikinya. 
 
Tiba-tiba teriakan Rara memecah keheningan kelas itu. ”Akhhhh......... orangnya udah dateng cepet pada keluar!!!” suruhnya entah pada siapa Kupikir baru aku dan dia orang pertama yang masuk kelas pagi ini. Tiba-tiba dari balik pintu kelasku, muncul seorang wanita dengan jilbab putih dan wajah yang begitu berseri dan ia bersenyum padaku. ”Ini Ren, akhwat yang mau nikah sama lo” jelas Rara padaku. ”Rendy yah??” tanyanya padaku. Sedikit terdiam tak kuasa menahan detak jantung yang makin menggebu layaknya orang mau pergi perang. Coba ku yakinkan pada diriku apa memang ini wanita yang selama ini kirim SMS padaku... Subhanallah hanya kata itu yang dapat meluncur dari lisanku. ”Ya ALLAH.. apa ini khodijah yang Kau kirim buatku?” Doaku Yah..bukankah rosul pernah bersabda, menikahlah engkau niscaya engkau akan kaya.. mungkin dengan beginilah kita akan semakin kaya... kaya hati untuk terus bersabar menapaki samudera pernikahan yang sederhana, kita akan kaya dengan keikhlasan untuk saling mengerti dan memahai serta kita akan semakin kaya karena kita telah menjalankan ½ dari Dien ini untuk berjumpa dengan Mu ya..Robb !!! ”Sucikan hati ini selalu ya Alloh...” Doaku seraya bersyukur pada-Nya. 
 
* * * Sebulan sudah kami melakukan persiapan menjelang pernikahan kami, 20 November akan jadi sejarah dalam perjalanan hidup kami. Sambil megecek segala perlengkapan untuk pernikahan, Akupun mengirim pesan singkat lewat ponselku pada Rasya ”Bagaimana ukh apa undangan sudah siap disebar??” tanyaku. ”InsyaAlloh sudah akh, ana ambil sebagian untuk disebar ke temen2 ana.” Jawabnya Yah memang beginilah Islam mengatur seluruh jagad alam ini dengan amat baik, bahkan hingga menjelang pernikahan, Islam tetap tegas dengan pergaulan antara lawan jenisnya. Itu adalah SMS kedua yang ku kirim padanya setelah SMS pertama ku bertanya tentang waktu lamaran pada Rasya. Dua hari menjelang pernikahan kami, aku dan keluargapun agak kerepotan menyiapakan setting panggung yang nyaman bagi para tamu nanti. Teman-teman pengajianku pun tak kalah sibuknya, mereka dengan ikhlas membuat rencana-rencana acara pernikahan kami. Iman yang kutunjuk sebagai ketua panitia pernikahan, terus melaporkan setiap perkembangan yang dilakukan bersama rekan-rekan yang lain. ”Ya rabb.. kuatkan terus tali persaudaraan ini, semoga engkau tetap kumpulkan kami kelak pada Jannah-Mu ya Rahman...” Doaku seraya melihat perjuangan mereka hingga hampir tiga hari ini begadang hingga pagi. ”Bagaimana tim konsumsi udah siap?? Acara?? Fotografi?? Humas dan Publikasi?? Tim Tamu??” tanya Iman pada masing-masing bidang yang telah dibuat. 
 
Ya memang ini hari terakhir persiapan untuk pernikahanku dengan Rasya. Kupandangi kertas hijau dengan disain bunga ditengahnya bertuliskan ”Rendi dan Rasya” Ya Alloh amat mudah ketika Kau berkehendak pada hamba-Mu. Ketika kucoba mengingat pertemuanku dengan Rasya, betapa tak pernah terbayangkan sebelumnya, dua orang yang tidak pernah kenal sebelumnya tapi Alloh pertemukan kami dalam ikatan pernikahan esok. Semoga rasa syukur ini tak pernah terputus pada-Mu ya Rabb... 
 
* * * Waktu telah menunjukan pukul 7.40 WIB itu berarti beberapa menit lagi pernikahanku dengan Rasya akan segerga dilaksanakan. Kupandangi seluruh sudut ruang itu, kulihat satu persatu terlihat senyum simpul yang selalu terhatur padaku. Ya... kudapati Ustads duduk dikiri tak jauh dariku, kutemui beliau meminta Taujih sebelum aku duduk didepan nanti untuk mengucapkan ijab Qobul. Tepat jam 8.00 ketika kulihat pada jam tanganku, maka namaku pun disebut untuk kedepan. Duduk berhadapan dengan calon mertua, menjadi kenagan tersendiri saat ini. Ayah rasya yang begitu baik, terus memberikan senyumannya padaku. ”Aku nikahkan anakku Rasya Az-Zahra bin muhammad Ikhsan dengan Rendi hermawan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai” Ujar ayah Rasya ”Saya terima nikah dan kawinnya Rasya Az-zahra bin Muhammad Ihsan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar TUNAI...” Ujarku tegas ”Barokallahulaka wabarokaalaik...” Serempak kudengar dao itu dari belakangku dan ternyata seluruh teman-teman ngajiku tersenyum padaku. 
 
Serasa beban berat baru saja Alloh pindahkan dari Ayah Rasya padaku, amanah dan tanggungjawabnya selama merawat rasa hingga saat ini beralih seluruhnya padaku. Hati ini bergetar teman, tak terasa linangan air mata Rasya kulihat begitu haru ketika ia mencium tanganku ini. Akupun larut dalam haru nan bahagia itu. Tak lama setelah ustadzku memberikan nasihat pernikahan. Prosesi ini yang mungkin akan menjadi kenangan selamanya, sungkeman..itulah prosesi yang akan membuat semua menjadi haru.
 
Terdengar semilir nasyid dari Brothers dalam lagunya ”IBU” menghantarkan kami memulai prosesi ini. Rasya yang begitu tegar kukenal tak kuasa menumpahkan segala linangan airmatanya saat memohon restu dari Sang Ibu. ”Bu.. semoga doamu selalu teriring untuk kami, maafkan segala khilaf dan salah Rendi pada Ibu. Makasih untuk semua keikhlasan Ibu menjaga, merawa dan mengajarkan indahnya Islam pada Rendi...” Mohonku pada ibu. Terasa agak basah wajah ini, yah sahanat... aku tak kuasa menahan rasa haruku, kutumpahkan semua dipangkuan ibuku. Kutahu ada amanah berat yang harus aku pertanggungjawabkan nantinya dihadapan-Mu ya Alloh. 
 
Dua rakaat shalat sunnah telah kami lalui bersama selepas akad tadi. Kupandangi Rasya yang masih mengenakan mukena’nya, subhanallah... terimakasih yang Alloh kau telag kirim bidadari Syurga-Mu turun kedunia buatku. Kukecup keningnya dan bersama kuajak Rasya berdoa, memanjatkan segala angan dan cita-cita kami memiliki keluarga yang penuh dengan Iman karena-Nya. Dipenghujung doa yang tak henti-hentinya kupanjatkan, terdengar rintihan dari belakangku... ”Ya alloh itu Rasya..” teriakku Kudapati begitu lemas tubuh Rasya Istriku yang Sholehah ini, nafasnya berburu seakan ruang ini hampa udara. ”Ren,,bantu aku sujud” Pintanya terdengar lirih dipangkuanku ”Ya Rasya... Mari ku bantu..sayang!!!” Ada apa ini ya alloh...??” ujarku dalam hati Kupikir keadaan sudah lebih baik ketika Rasya memintaku untuk membantunya sujud. 
 
Agak lama kupandangi dan kupegang tubuhnya ketika sujud. ”Terima kasih ya Alloh, kau telah ijinkan Aku menyempurnakan ½ Dien-Mu untuk bertemu engkau...aShaduallaillahaillal​ah wa Ashaduanna muhammadarosulullah ” ujar rasya dalam sujudnya. Tak lama setelah itu, kamar kamipun manjadi amat hening, tak kudengar lagi isak tangis rasa dalam sujudnya. 
 
Kucoba membangunkan rasa dari sujud panjangnya, namun kuterlalu lemas ku untuk mampu melihatnya. Darah segar mengalir dari lubang hidung dan telinganya. Segera mungkin dekatkan tanganku pada hidungnya.. ya.. dia telah wafat teman, Rasya telah mendapatkan mimpinya bertemu dengan Robb-Nya yang maha agung. Rasya telah berada diperaduan bersama Cinta Sejatinya.. Cinta yang tak pernah putus dari hati karena keikhlasan dan kesabarannya. Yang begitu cinta hingga ia begitu kuat untuk bertahan dari kanker rahimnya untuk 10 tahun lamanya. Berjuang melawan sakitnya, begitu tegar dia menjalani perjalanan hidupnya untuk bertemu dengan Rabbnya. Rasya telah tiada Sobat,,, dia telah bahagia dekat disamping Robbnya. Kukecup keningnya untuk terakhir kali. Sebelum ia dikafani dikamar ini. 
 
Kupeluk ia begitu erat dan ini pertama serta terakhir kalinya kupeluk ia sebagai rasa sayangku yang begitu dalam padanya. aKu ikhlas ya Rabb... Aku ikhlas...!!! biarkan Rasyaku bertemu dengan-Mu Alloh... ”SELAMAT JALAN RASYAKU SEMOGA ENGKAU TEMUI KEKASIH SEJATIMU DISYURGANYA ALLOH...

0 komentar:

Posting Komentar