Semenjak ku sakit hingga aku sembuh tak ada telepon dari Alek untuk sekedar menanyakan keadaanku atau datang kerumah. Yg ada omelan dari Mia. ''Na...lo emang bego, pacaran sama cowok kayak gitu! Mendingan gue pacaran sama penjaga rumah gue yg jujur, setia dan menghormati wanita.'' Kata Mia dengan aura kebencian, Mia bilang Alex ngajak m***** **** .
Hancur hatiku mendengar luahan hati sahabatku. ''Oklah kalau gitu, gue bilang bonyok lo. Secepatnya lo register ke KUA he he he....'' Ledekku tuk menutupi kegundahan hati. Waktu ku tanya ke Alex, semua itu hanya kebohongan Mia kata Alex. Di mataku, Alek seorang yg penyayang, sabar dan pengertian. ''threeet...threeet...threee..
Mataku tertuju meja di pojok dekat jendela. Ada sepasang muda-mudi, si cowok duduk membelakangi mejaku, sedangkan si cewek duduk menghadap mejaku. Sepertinya aku pernah lihat cewek itu, di mana ya? ''Masa lalu seperti tapak kaki yg membekas di debu buatku. Akan hilang tersiram hujan atau terbang terbawa angin.'' Suara cowok itu membuyarkan lamunanku. Ku lihat cewek itu menahan tangis, untung aku pakai kaca mata hitam jadi leluasa memandang di sekelilingku. '' Alex....devi adalah putrimu, buah hati kita.'' Keselek ku mendengar nama Alex disebut si cewek yg bersimba air mata. Karena nggak enak di kira nguping pembicaraan orang, ku tinggal makanan yg belum sempat ku makan. Sejuta tanya di benakku. Benarkah itu Alex? Semakin curiga aku, karena hp Alex nggak aktif. Ku bangun kesiangan karena semalaman nggak bisa tidur. Mama dan kak Nisa sengaja nggak bangunin aku untuk berjamaah sholat shubuh. Semenjak sering terjadi pertengkaran setiap mereka membangunkanku. Ku call Mia, aku bilang nggak kuliah hari ini. Ku gunakan waktu kuliah, untuk cari hadiah untuk Alex. Kenapa dari tadi ku bolak balik di kid's store, aneh pikirku dalam hati padahal yg ku cari bukan mainan anak2.
Baru selangkah hendak meninggalkan kid's store, ku lihat Alex masuk membawa balon. '' Alex...'' Panggilku, raut muka yg tadinya ceria berubah jadi merah seperti orang ketakutan. '' Dewa...sini sayang, Papa bawa balon tuch.'' Jantungku seperti berhenti mendengar wanita di belakangku memanggil papa ke Alex. Ku kuatkan hatiku ku lihat anak kecil kira2 umur 3 thn berlari mendekati Alex. '' Nana...kamu adiknya Nisa?'' Sapa wanita itu mengagetkanku. '' I...iya mbak eh tante eh Bu.'' jawabku gagap. '' Aku Tina teman kakakmu SMU. Ini suamiku, si sulung dewa dan bentar lagi...'' Wanita itu tak meneruskan ucapanya, ia hanya mengelus perutnya yg besar. Berbagai pertanyaan ia lontarkan padaku, tapi tak ku jawab. Seperti kaki ini tak berpijak di bumi, tau2 kak Nisa sudah di sampingku lalu memelukku. Tak ku lihat Alex dan istrinya. Kak Nisa memapahku keluar dari kid's store. Mengajakku duduk di taman dekat mall. Ku peluk Kakakku dan menangis meluahkan rasa. Kak Nisa dengan lembut membelai rambutku, dengan sabar menghapus air mataku.
Entah berapa lama ku menangis, ku lihat baju kakakku basah air mata dan ingusku. Hanya senyum di bibirnya dan menatapku penuh sayang. '' Ma'afin Nana kak.'' Ucapku sesegukan. Dia hanya tersenyum dan memelukku. Kini ku mengerti kenapa mereka nggak suka Alex, karena sudah beristri. Wanita kemarin Fia sahabat kakakku yg dihamili Alex. Aku harus tegar seperti kakakku, yg kehilangan sahabat juga cinta. Ternyata Tina yg call kakakku, mereka panic melihat aku mematung di kid's store. Ku luahkan semua perasaanku, lalu kak Nisa mengajakku pulang karena bentar lagi waktu dzuhur. ''Na...serigala tidak kenal setia, kita bak domba setelah habis dagingnya. Ianya akan mencari mangsa lainnya. Cukup Allah tempatmu berharap dan pelabuhan cinta. Kelak akan datang cinta yg telah hallal untuk kita.''
0 komentar:
Posting Komentar