I-Punya
this site the web

Cerpen isenk _semua demi C*nta_

Keindahan Suramadu yang nampak memukau itu baru pertama kali aku rasakan sejak 5 tahun yang lalu aku meninggalkan pulau tempat aku dilahirkan, tak lain adalah Madura tercinta; pulau yang benar-benar memberikan kenangan masa kecil dan tak pernah terlupakan, sekaligus memberikan inspirasi dari setiap goresan kata yang aku lukiskan. Jembatan yang katanya lumayan banyak memakan biaya dan waktu bagi pulau garam ini, kabarnya juga merupakan jembatan terpanjang se-Asia Tenggara. Sebegitu berharganya jembatan ini bagi perkembangan pulau garamku, sehingga masyarakat Madura tidak segan-segan untuk mengabadikannya lewat batik yang sekarang sudah mulai populer dengan sebutan "Batik Suramadu". Hal semacan ini cukup menarik untuk sekedar dijadikan bukti keotentikan khas budaya Madura....

Yaa... Meskipun aku sudah lama meninggalkan pulau yang banyak sekali memberi kesan dan arti terindah dalam hidup ini, aku tidak pernah ketinggalan zaman untuk "terus" memantau perkembangan madura lewat info-info dan berita yang beredar (ckckckcc... sebegitu sayang-nya diriku pada pulau kecil ini :D ). Waah, sepertinya lamunanku tentang Madura 5 tahun sebelumnya benar-benar terekam jelas di otakku, sampai-sampai aku tidak merasa kalo buzZ yang sedang aku tumpangi sudah masuk kawasan Pamekasan (tempat aku dilahirkan, nama lengkapnya siieeh Pamekasan BERTEMAN alias Bersih, Tertib, Aman). Aku beserta dua orang temenku disambut hangat oleh orang-orang tercinta; sanak saudara, om-om, tante-tante, sepupu, dua pupu, dkk... Banyak diantara mereka yang menghadiahkan gerimis air mata untuk menyambutku... Entah gerimis kebahagiaan atau kesedihan. Karena aku yang kini berada di tengah-tengah mereka sama sekali tidak merasakan kehadiran ummi, yang memang sudah 3,5 tahun meninggalkan aku dan keluargaku. Meskipun sampai saat ini aku masih bisa merasakan detik-detik kepergian beliau ketika berada sangaat jauh di Kairo sana...


(Bahkan, pertemuan terakhir kami adalah ketika ummi mengantarku menuju pintu masa depan; dengan harapan besar aku bisa menimba sekerat ilmu untuk bekal men-taqarrubkan diri kepadaNya... Ummi, tak dapat ku lihat lagi wajahmu yang selalu tersenyum dan menaburkan doa-doa kebaikan untuk anakmu...  Ummi, aku sangat merindukanmu...:'( ...)


Sebulan kemudian...

Aktivitas yang aku jalani disini tidak sepadat di Kairo sana, tapi cukup memberi arti bagi orang-orang terdekat... Silaturahim ke sanak saudara hampir setiap hari aku dapati... Kegiatan nonton Tv juga tidak pernah lepas dari agenda sehari-hari. Banyak juga tamu yang datang untuk bersilaturahim dan menanyakan perkembangan kuliahku. Tak jarang, aku juga diajak jalan-jalan ke pusat kota, membeli barang-barang yang akan aku bawa nanti selepas balik lagi ke Kairo...

Selang beberapa minggu kemudian, Ada salah satu keluarga terpandang yang bersilaturahim ke rumah. Di antara mereka, aku mengenali salah seorang yang dulunya pernah aku jumpai di Nasr City, Kairo. Beliau adalah sosok Ustadz yang tidak diragukan lagi kesholehan dan kebaikannya. Jujur saja, aku sangat kagum dengan kepribadian beliau... Sosok sederhana, baik hati, santun, penyabar, tidak bertele-tele, cerdas, serta kelebihan-kelebihan lainnya (kira-kira beliau tersanjung ngga yaa... kalo denger ini semua, ckckckcc  ^_^ ). Beliau yang sudah merampungkan S1-nya di al-Azhar University Kairo-Mesir, langsung melanjutkan S2 di Libia (entah apaa nama Universitas disana). Keluarga yang datang bersilaturahim itu ternyata juga berniat baik untuk meminangku (eheem eheem... eheeeemm.... :D).

Salah seorang dari mereka yang dipercaya untuk menyampaikan niat baik itu mulai serius mengutarakan maksudnya, di sela pembicaraan mereka dengan keluargaku, silaturahim tersebut semakin menuju tingkat yang jauh lebih serius : "Izinkan kami menjalin silaturahim lebih kuat lagi dengan keluarga Aisya binti Abu Bakar".

Ayah yang sangat paham sekali denga maksud tersurat sekaligus tersirat itu kemudian menjawab: "Aku serahkan sepenuhnya pada Aisya". "Zulaikhaa... tolong panggil mbakmu kesini," suruh ayah pada si Zulaikha, adikku...

Setelah ayah menjelaskan maksud kedatangan keluarga itu, aku (sosok judes, kurang sopan, ngga sabaran, (eeeitzZ sepertinya tidak semua hal harus diekspos disini..., ckckckcc), dll...) sangat terkejut dan terkesima dengan semua itu. Aku tidak bisa mengatakan sesuatu apapun kecuali diam sejenak, menarik nafas pelan sambil mengeluarkannya dengan wajah menunduk (takut ketauan salting kalee yaah, ckckckckcc... salah tingkah gthu lho!  :D :D :D). Tak berapa lama kemudian aku mulai berkata (deg... deg... deg.... :D) : "Tidak ada alasan bagi saya untuk menolak niat baik ustadz sekeluarga..."

"Hanya saja..., seandainya khitbah ini sudah terlaksana, saya tidak akan mengekang ustadz kalau sewaktu-waktu ingin memutuskannya, lantaran saya masih harus merampungkan studi saya yang sudah satu tahun berjalan di program pasca sarjana... Saya tidak akan pernah kecewa dengan hal itu, karena ustadz punya hak untuk memutuskannya...  Jadi, intinya.... saya menerima niat baik ini, dengan harapan saya juga bisa kembali ke Kairo untuk melanjutkan studi dan menekuni semangat belajar saya disana... Saya yakin ustadz juga mengerti apa yang saya maksudkan...."

Sang ustadz yang dari awal tidak pernah angkat suara itu, akhirnya menarik nafas pelan dan mulai mengatakan sesuatu (deg... deg... deg.... Sesion 2 :D :D ) : "Alhamdulillah..., akhirnya niat baik ini tersampaikan juga kepada pihak keluarga Aisya binti Abu Bakar... Saya tidak akan muluk-muluk untuk mengikat janji dengan keluarga Bapak untuk terus menunggu Aisya, sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Saya juga tidak terlalu tergesa-gesa untuk langsung memutuskan agar menarik kembali khitbah ini...."

(selang beberapa lama kemudian, beliau melanjutkan perkataannya)... : "Saya akan menikahi Aisya sebelum Aisya kembali ke Kairo dan saya akan tetap memenuhi tanggung jawab saya sebagai suami Aisya dan bukan sebagai tunangan Aisya, bagaimana??.. "...

("Bagaimana Aisya, apakah hal itu tidak cukup untuk sekedar membuktikan ketulusan cinta beliau kepadamu...??!" Batinku bergumam")...


Aku hanya bisa diam sambil menitikkan air mata dan berkata: "Saya setuju...".


    Happy ending . . . Deeewh, ckckckckcc :D :D

0 komentar:

Posting Komentar